Siti Fatimah

Menjadi manusia yg lebih berati dg menulis ...

Selengkapnya
Navigasi Web

SANG MAHA BERKEHENDAK

Siang itu udara panas sekali, Rudi melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11.30. Perutnya yang dari pagi belum terisi apapun sudah demo minta jatah. Ia hanya mampu mengganjalnya dengan air putih yang dibawanya dari rumah.

“Hai Rud yok ambil jatah makan siang kita ke warong B. sari, ni perutku sudah tak mampu lagi diajak kompromi” seraya berdiri memet mengajak rudi makan siang.

Rudi hanya diam tak menjawab kalimat memet. Antara perut yang keroncongan dan pikiran pada anak-anaknya dirumah. Sejak adanya pandemic covid-19 tiga hari ini ia tak mendapatkan penupang sama sekali. Taxinya hanya parkir di jalan A. Yani dari pagi sampai pulang lagi. Kesedihan tergambar dari matanya. Masih teringat jelas pagi ini dirumah tak satupun beras dan uang ada dirumah.

‘’Buk bapak berangkat kerja dulu ya, do’akan hari ini bapak dapat rizki sehingga ibuk bisa beli beras’’Ucap rudi pada istrinya.

Ia tak mampu memandang wajah istrinya yang berusaha tersenyum untuk menguatkan hati suaminya. Ada pilu disana, mata yang indah itu harusnya tak ada air mata.

” Maafkan bapak ya dari dua hari yang lalu belum bisa beri uang belanjaan” lanjut rudi pada istrinya.

”Iya pak, bapak hati hati ya, maaf hari ini gak ada kopi dan sarapan untuk aku hidangkan’’ jawab sang istri sambil menunduk, ada air mata disela-sela matanya yang ia tahan. Sambil mencium kening rina istrinya rudipun berangkat dengan membawa bekal air putih yang dibawakan istrinya. Rina mencium punggung tangan suaminya, dengan beribu do’a ia panjatkan agar suaminya mendapat rizki hari ini.

“Bapak berangkat ya, Asslamualaikum” rudipun melangkahkan kakinya dengan segudang harapan hari ini ada rizki untuknya. Rudipun berjalan menuju tempat kerjanya dengan jarak yang lumayan jauh sekitar 6 km. Bacaan asmaul husnah selalu mengiringi langkahnya. Masih tergambar dalam ingatannya saat ia pulang kerja wajah istri dan kedua anaknya yang sedang menantinya pulang. Mimin dan didin yang masih balita terlihat bahagia saat melihat bapaknya pulang. Mimin dengan nama lengkapnya Aminatul hasanah usianya 6 tahun dan didin lengkapnya Ahmad Didin Prakoso yang masih berusia 4 tahun. Wajah-wajah tanpa dosa, dengan kepolosan ia menyambut bahagia saat bapaknya pulang.

’’Assalamualaikum” Rudi mengucapkan salam sambil membuka pintu rumah. Serempak terdengan suara menjawab salam dengan gembira.

” waalaikum salam” Seketika kedua anaknya menghambur dalam pelukan bapaknya dan mencium bahu tangannya. Diiringi sang istri yang sedang menunggu dengan setia. Rudi mencium kening istrinya yang tersenyum menyambut kehadiran suaminya dari kerja.

 “ Sudah anak-anak biar bapak bersihkan tubuh dan sholat isya’ nanti  saja bicaranya.” Rudipun beranjak kebelakang untuk memebersihkan tubuh sekalian sholat isya’. Sementara Rina diruang tamu sedang mengajari kedua anaknya belajar. Maklum rumah kontrakan yang hanya ukuran 15 meter, jadi tak ada  ruang tengah, yang ada hanya, ruang tamu, kamar dan dapur kecil sekaligus kamar mandi, sementar jemuran harus berada diteras rumah yang lebarnya 1 meter. Itu sudah ukuran umah kontrakan yang standar huni. Rudi adalah seorang supir taxi dengan penghasilan lumayan. Selesai sholat rudipun menghampiri keluarganya didepan. Ia duduk samping sikecil yang lagi menggambar pesawat terbang. Karena asiknya menggambar sikecil tak menyadari kehadiran bapaknya.

“ Hem..bagus sekali gambarnya” puji rudi pada jagoannya seraya memeluknya dari belakang. Tiba-tiba mimin memecahkan keasikakan keduanya.

“Bapak .. besok kalau bapak pulang kerja, bawakan mimin dan didin ayam goreng ya pak!” Rudipun menggangguk dan memberikan senyuman pada anaknya.

“Apakah kalian sudah makan nak?” Tanya rudi pada anaknya

” Sudah  pak, tadi kita makan bubur pak, bubur ibuk enak sekali. Kata ibuk hari ini kita makan bubur agar badan kita jadi sehat” Jawab mimin dengan polosnya. Bagai ditusuk hati rudi, sangat perih sekali ia rasakan, kesediahan ia simpan rapat rapat dalam hatinya.

” Hem bagus ibuk benar tu, kita harus bersyukur apapun yang diberikan Alloh hari ini. Kalau kita sering bersyukur dan banyak berdo’a maka Alloh akan berikan Rizki yang banyak pada kita’’ Nasehat rudi pada anak-anaknya. Didin tiba tiba berdiri

‘’ Didin akan berdo’a pak , kalu berdo’a  Alloh memberi rizki terus didin bisa makan ayam goreng seperti upin ipin ya pak?.” Kalimat didin membuat didin dan rina berkaca-kaca. Melihat ulah anak-anaknya.

 “ Iya pak mimin juga akan sering berdo’a agar bapak dapat rizki yang buanyaaak sekali. Nanti kalu sudah punya uang mimin dan didin belikan ayam ya pak!, hemm enak…… didin mempraktekan seolah sedang menggigit ayam. Rina tiba tiba berdiri meninggalkan ruangan karena tak sanggup mendengar celotehan anak-anaknya. Didalam kamar ia tumpahkan semua kesedihannya, ia bener-benar tak sanggup lagi bisa tersenyum didepan kedua buah hatinya. Rudi memahami apa yang dilakukan istrinya, tentu rina tak mampu melihat keingingan kedua anakanya. Rudipun tersenyum sambil mencium kedua anaknya.

 “Pak.. didin pengen mainan pesawat, didin pengen jadi pilot kalua nanti sudah besar, didin akan jadi pilot kalau sudah bekerja didin pengen beli ayam goreng yang banyakkkk untuk bapak, Ibu dan kak mimin.’’ Didin mengungkapkan keinginannya dengan berbinar-binar.

‘’Kalau kakak jika sudah besar pengen jadi apa?.’’ Tanya Rudi pada putrinya.  Sambil malu-malu iapun menjawab pertanyaan dari ayahnya.

“Mimin pengen jadi perawat pak.’’

” Wah hebat juga itu, emang kenapa mimin kok pengen jadi perawat?” Tanya rudi pada putrinya sambil mengelus kepala anaknya.

” Mimin pengin bisa bantu orang sakit, kayak yang di tv itu.” Jawab mimin polos.

‘’ Alhamdulillah cita -cita yang mulia sekali. Nah sekarang  kalian berdua harus belajar yang rajin agar nanti bisa menggapai cita-citanya” Nasehat Rudi pada kedua anaknya seraya memluknya. “Bapak do’akan kalian berhasil tapi tidak boleh lupa sholat dan membaca Alqur’an setiap hari, Ok ?” Rudi mengajung jempol diantara tubuh kedua anak yang masih dalam pelukannya.

” Ok dech” Jawab mereka berdua mengikuti ayahnya dengan mengajungkan jempolnya.

‘’Nah sekarang kalian cuci tangan, kaki dan gosok gigi dan langsung bobok, biar besok bisa bangun pagi. Tapi rapikan dulu buku-bukunya!”. Sambil menunggi anak-anaknya merapikan ia memandangi kecerian keduanya.

 “ Ya Alloh berikanlah kesehatan dan keselamatan pada mereka berdua.” Do’a didin dalam hati. Tak lama semua buku telah dirapi, mereka pun menuju kamar mandi secara bergantian. Terlihat rina mendampingi kedua anaknya yang menuju kamar mandi. Waktupun berjalan tak pakai menunggu lama merekapun tertidur pulas. Rudi beranjak menuju ruang tamu untuk menggelar tikar, disitulah peraduan mereka berdua. Karena kamar tidak cukup untuk dipakai 4 orang. Setelah menyiapkan semua rudi menghampiri Rani yang sedang menyelimuti si kecil.

“Ayo sayank kita istirahat supaya besok bisa segar kembali.” Ia menggandeng tangan Rani kepeaduan yang bongkar pasang dengan beralaskan tikar mereka tidur selama ini.

”Buk maafkan bapak, sampai saat ini bapak tidak bawa uang belanjaan, bapak merasa berdosa, belum bisa mencukupi kalian.” Rani menundukkan kepala ada rasa pilu disana, yang ia pikirkan adalah kedua anaknya makan apa mereka. Jika yang besar mungkin bisa perutnya bisa dibohongi dengan minum saja. Ia sedih karena ia tahu besok pagi nasi tah akan ditemui anak-anaknya. Sisa beras yang tinggal seperempat kilo sudah ia sulap jadi hidangan bentuk bubur untuk kedua anaknya. Rudi memeluk istrinya dan tumpahlah airmata yang ia tahan dari tadi ia tak ingin menangis di depan kedua anaknya.

“Maafka aku pak telah membuat sedih.” Kalimat yang keluar dari bibir Rina membuat Rudi semakin merasa bersalah.

” Buk aku yang berdosa belum bisa memberikan nafkah pada kalian. Akhirnya Rudipun menceritakan keadaan dilapangan. Hampir semua taxi tak dapat penumpang, mereka hanya parkir dari pagi sampai sore. Makan siang yang mereka dapatkan dari para dermawan yang membagikan hartanya berupa nasi bungkus di warung yang ditunjuk khusus untuk supir taksi sebanyak 100 orang setiap hari.

“Alhamdulillah pak jika bapak dapat jatah makan. Ibuk jadi tidak khawatir dengan keadaann bapak diluar” ucap Rina. Terlihat sedikit berkurang beban pikiran Rina karena suaminya sudah bisa makan meskipun makan hanya satu kali sehari.

“ Iya bu Alhamdulillah, tapi buk gimana ibuk dan anak-anak, Dirumah gak ada beras sama sekali. Bapak tadi pinjam uang sama teman-teman ternyata keadaan mereka sama. Bahkan ada yang keluarganya dikirim pulang kerumah orang tuanya didesa karena keadaan mereka yang semakin kekurangan.” Rudi mencoba menjelaskan keadaan dilapangan beserta teman-temannya.

“ Iya pak tadi sore ibuk lihat adak aking yang tak simpan di almari lumayan banyak, mungkin itu sementar bisa dipakai mengganjal perut anak-anak, besok rencananya saya masak dan sayurnya mau minta bu anik pepaya mentah untuk dimasak biar ada sayurnya ditambah dengan ikan asin yang ibuk simpan di almari dapur juga masih ada. Insyaaloh masih cukup untuk makan dua hari.( Aking adalah dari nasi sisa yang sudah terbuang untuk keringkan, nah kalau ditanak menjadi nasi, Namanya nasi aking. Apa rasanya enak, jawabnya tentu gak lah, namanya juga nasi sisa. Namun, itu masih bisa bisa dikonsumsi juga). Tiba tiba rudi memeluk istrinya air matanyapun tak mampu ia bending ,ia menggigit bibirnya, ada rasa getir disana, sebuah kepiluan yang sangat hebat. Kesediahannya taksanggup ia sembunyikan, bagaimana tidak, Istri dan anak-anaknya yang tercinta hanya makan nasi sisa.

“Sudahlah pak kita berdo’a saja semoga Alloh segera mengangkat makhluknya yang sudah membuat hidup manusia didunia porakporanda. Entah makhluk dengan ukuran nano ini merupakan musibah atau teguran dari Alloh SWT, Agar kita segera kembali kejalan yang benar, jalan yang ridhloiNya. Kehidupan yang dilandasi kejujuran dan kesungguhan serta mempertebal nilai keimanan manusia.” Hibur Rina pada suaminya.

“Apa bapak sudah makan malam ini?, kalau bapak mau ibuk abilkan bubur, tadi ibuk bikin masih ada sisa. Ibuk sudah makan sore tadi sama anak anak.” Rudi menatap mata istrinya yang selalu indah dan menyejukkan hati.

”Terima kasih Ya Alloh Engkau anugerahkan hamba istri yang solikhah, karena dialah hamba sampai saat ini masih kuat bertahan” rintihnya dalam hati.

“Gimana pak, apa bapak mau bubur buatan ibuk, enak looo.‘’ Rani menggoda suaminya dengan kedipan mata.

“Ah istriku sayank, bapak mau pasti buburnya enak banget kan buatan bidadariku” Goda Rudi pada istrinya. Istrinyapun beranjak sambil melemparkan senyuman mesrah pada Rudi. Dalam hati Rudi sangat bersyukur sejak tadi siang ia belum makan sama sekali. Ia hanya makan sekali yaitu nasi bungkus yang diberi. Perutnya yang melilit karena belum terisi kini telah mendapatkan harapan untuk bisa nendang karena gembira. Tak lama Ranipun kembali dengan membawa bubur ditangannya. Ternyata bubur itu dihangatkan oleh rani, agar suaminya bisa menikmatinya meskinya hanya ditaburi gula dan garam.

“Nih pak buburnya semoga bapak suka” ucap rani penuh harap.

” Alhamdulillah Alloh memberikan aku rizki malam ini” Tanpa menunggu lama Rudi langsung menghabiskan bubur yang hangat dengan toping gula putih dan garam. Biasanya bubur dari beras ini diberi tambahan toping parutan kelapa untuk menambah cita rasanya yang khas. Namun karena taka ada uang untuk membeli kelapa maka buburpun disajikan alakadarnya.

“Alhamdulillahirobbil alamin, makasih istriku sayang berkat kehebatanmu anak-anak dan aku sekarang bisa makan.” Sambil mencium pipi istrinya Rudi menyampaikan terima kasihnya. Dengan segelas air putih sudah mampu membuat perut Rudi tidak demo lagi. Ranipun membawa kedapur bekas makan Rudi dan membersihkannya. Dengan waktu singkat rani kembali disisi suaminya.

“Udah sekarang bapak istirahat besok harus berangkat kerja, semoga besok Alloh memberikan rizki pada kita.”  pinta Rani pada suaminya.

“Aamiin, yang sabar ya sayank, Alloh sedang menguji kita, semoga wabah ini agar segera berakhir.” Rudipun merebahkan badannya diatas tikar yang sudah mulai lubang disana-sini. Sambil menarik mesrah tangan istrinya untuk mendampinginya tidur. Malam semakin larut, sepi menyusup diantara mimpi mimpi yang menembus gelapnya malam.

Adzan subuh berkumandang dari hp Rudi yang sudah jadul, membangunkan Rani untuk segera mengambil air wudhu. Rani pun beranjak sambil mencium pipisuaminya seraya berbisik.

”Sayank sudah subuh yok kita jama’ah subuh” Rudipun mencoba membuka mata, perlahan ia menormalkan pandangannya karena masih ngatukn. Setelah merasa cukup Rudipun segera mempersiapkan diri untuk jamaah subuh bersama istrinya’ tak lupa mimin pun dibangunkan untuk diajak sholat, memang putri Rudi yang satu ini sangat membanggakan ia pun segera kebelakang ambil wudhu untuk ikut berjama’ah. sementara didin untuk subuh blm dipaksakan, namun untuk sholat, dhohor, ashar, magrigb dan isak rani berusaha mengajak mereka untuk sholat berjama’ah.

Waktu melesat cepat jam menunjukkan pukul 06.30. Rudi yang sudah siap berangkat setelah menyiapkan semua, maka iapun pamit pada istri tercinta dan kedua anaknya.

“ Bapak jangan lupa ya didin belikan pesawat terbang ya” suara sikecil terdengar bagai jarum yang ditusukakn ditelinganya. Dengan keadaan yang seperti ini mana mungkin ia sanggup membelikannya, sedangkan membeli kebutuhan pokok saja masih belum tau, apa hari ini ada rizki untuk nya. Insyaalloh ya nak, do’akan bapak dapat rizki supaya bisa belikan didin mainan.

Hai Rud kok bengong to ayo makan tuh ada rezeki makan kita nikmati saja mumpung gratis, hari gini mikirnya gak usah ribet-ribet yang penting perut kita gak teriak-tiriak aja” kata memet sambil menepuk Pundak Rudi. Iapun berdiri mengikuti memet menuju warung bu Sari. Sesampai disana banyak orang yang dengan lahapnya makan jatah mereka. Ia diam tak memesan makanan untuknya, wajah kedua anaknya menari dipelupuk matanya, ia ingin makan ayam goreng. Akhirnya rudipun memesan jatah untuknya kali ini ia minta dibungkus dan minta ikan ayam goreng.

“Ya Alloh andai saja aku boleh minta dua bungkus untuk kedua anakku, betapa senangnya mereka.” Rudipun menepis semua keinginannya. Ia tahu bahwa tidak hanya ia sendiri yang sedang kekurangan, semua saudaranya dalam kelompoknya sama sama terpuruk ekonominya. Rudipun Kembali ke pangkalan dengan membawa nasi sebungkus dengan lauk ayam goreng plus the manis yang dimasukkan dalam plastic. Rudi membayangkan betapa bahagianya anak-anak jika nanti pulang bawa ayam goreng, meskipun hanya satu bungkus, insyalloh cukup mengobati kerinduan mereka pada ayam goreng. Ia duduk dibawah pohon dengan menikmati es teh yang ada diplastik, dia berharap dengan es the ini perutnya bisa bersahabat. Ia tak tahu apakah ia sanggup bertahan dari berangkat sampai nanti malam tidak makan sama sekali. Tiba-tiba orderan datang, ia diminta menjemput disalah satu outlet KFC, Dengan bergegas rudipun meluncur. Ini adalah hari pertamnya ia dapat penumpang. Jalan cukup sepi karena semua masyarakat disurabaya di tekankan untuk selalu dirumah. Dengan waktu singkat sampailah ia didepan outlet tersebut. Ia disambut oleh seorang wanita yang masih muda.

’’Bapak rudi Taxi R?’’

‘’Iya betul bu….eh non maaf saya panggil apa?. Wanita itupun tersenyum.

‘’ Saya bu Santy pak” ibu muda itu menjawab dengan keramahannya, Subhanalloh sudah cantik santun lagi.

“ Baik bu Santy mana barang-barang yang bisa saya bawa?’’ tanya rudi.

” Itu pak semuanya tolong masukkan dimobil bapak ya!. Dengan cekatan rudi memasukkan semua baran yang sudah dibeli oleh Santy.’’ Dalam kresek tumpukan nasi dan ayam goreng tentunya “ bisik rudi dalam hati, ia selalu bayangkan wajah kedua anaknya yang merindukan ayam goreng. Rudipun menepis semua yang berkecamuk dalam pikirannya.

“ Bagaimana pak sudah siap? Tanya Santy pada Rudi.

”Sudah bu, mari silahkan masuk”. Rudipun membukakan pintu mobil agar Santy masuk dengan mudah. Mobilpun meluncur ke tujuan sesui panduan bu Santy.

“Bapak punyak anak berapa? Tanya bu Santi membuka percakapan.

”Dua bu, umur 6 tahun dan 4 tahun.

‘’Alhamdulillah bapak bersyukur ya, diberi amanah Alloh, saya menikah sudah dua tahun pak, tapi Alloh belum memberikan momongan pada kami.” Keduanya Panjang lebar bercerita, sesekali tertawa untuk memecahkan suasana biar terasa nyaman. Sekitar 20 menit sampailah mobil pada tujuan. Mobilpun masuk dalam halaman yang lumayan luas ,bangunan lama yang besar. Terpampang papan nama di tengah-tengah ‘’Yayasan Yatim Piatu Aisyah’’. Mobilpun berhenti, bu Santy meminta Rudi untuk membawanya semua kotak nasi masuk ke rumah besar itu. Disana sudah menunggu anak anak yang usianya sama dengan anak-anak Rudi. Semua bahagia menyambutnya.

”Hore mbak Santy datang,  hore mbak Santy datang’’ kegembiraan seketika memenuhi ruangan. Santy datang disambut dengan pelukan anak-anak yatim. Senyuman Santy melebar kala melihat semua gembira menyambutnya. Santypun mendatangi seorang ibu yang sudah lanjut dan mencium bahu tangannya. Rudi melihat pemandangan didepannya hanya terdiam. Ia seolah diingatkan oleh Alloh bahwa didunia ini masih ada anak-anak yang lebih menderita dari anak-anaknya. Mereka yang tak memiliki orang tua. ”Astagfirulloh, Ya Alloh ampuni hamba yang sudah mengeluh dengan sedikit cobaan yang Engkau berikan.” Bisik rudi dalam hati sambil menunduk.

”Nah ini pak yang saya ceritakan tadi, Ini adalah rumah saya, saya dibesarkan dirumah ini, dan ini adek-anak saya semua. Tolong pak Rudi bantu saya ya untuk bagikan ke mereka.” Pinta bu Santy.

“Dengnn senamg hati bu” jawab Rudi. Suasana jadi ramai penuh kegembiraan. Sekitar satu jam rudi membatu bu Santy. Setelah dirasa cukup bu Santypun segera pamit pada ibu pengurus yang ia naggap sebagai ibunya sendiri dengan meninggalkan bungkusan amplop coklat. Entah apa isinya, rudi hanya melihat saja. Setelah pamit bu Santy kembali ke taxi Rudi. Dan meluncur kea rah rumah bu Santy. Sekitar 15 menit mobil memasuki komplek perumahan elit.

” Itu pak rumahku ‘’ Rudipun menghentikan mobil tepat di pintu gerbang.

“Lo pak masuk saja jangan disini,” pinta bu Santy.

 “Iya bu.” Rudipun mengarahkan mobilnya untuk memasuki rumah yang begitu besarnya. Ada satpam yang selalu siap membukakan pintu.

”Mari pak masuk kerumah saya, ada yang ingin saya bicarakan dengan bapak.” Rudipun hanya mengangguk mengikuti bu Santy masuk dalam rumah.

“Silahkan duduk pak “ bu Santy mempersilahkan rudi duduk ,namun rudi ragu, seolah mimpi ia memasuki rumah orang kaya dan disuruh duduk dikursi yang mewah. “Subhanalloh mimpi kah aku.”

‘’Lo pak Rudi kok bengong ayo duduk’’ suara bu Santy menyedarkan lamunan Rudi.

‘’Baik Pak Rudi saya ini ada mobil tapi suami saya menginginkan saya ada sopir yang selalu mengantar saya kemana saja saya pergi, apakah bapak bersedia menjadi supir saya?” Bagai disiram air syurga Rudi mendengar kalimat bu Santy. Rudi tak mampu berkata apa-apa, dia turun dari kursinya untuk sujud syukur. Dengan berlinang airmata ia menjawab” Iya bu saya mau, mau banget bu. Terima kasih atas kepercayaan ibu kepada saya.”

‘’Lo pak Rudi gak usah pakai begitu, kita ini hidup pasti saling membutuhkan. Jadi bapak siap ya untuk kerja sma saya?” Tanya bu Santy sekali lagi.

“Siiiiaaap bu mulai kapan saya kerja bu.” Tanya Rudi dengan hatiyang berbunga-bunga.

“Bapak siapnya kapan?. Kan memang harus selesaikan dengan urusan kantor bapak dulu.” Bu santy menjelaskan bagaimana aturan kerja dirumahnya.

“Baik bu beri waktu saya 3 hari, Insyaalloh saya sudah siap bekerja.” Rudi memberi kepastian pada bu Santy.

“Alhamdulilah makasi pak Rudi, selamat bekerja dirumah saya.”

“Terima kasih bu Santy, sekarang saya mohon diri bu.” Rudi berdiri untuk pamit.

“Sebentar pak Rudi jangan buru-buru. Tunggu ya!.” Rudi hanya diam tak mengerti apa maksud dari juragannya yang baru ini. Tak lama bu Santypun kembali dengan membawa bungkusan di kresek.

“ Ini pak jatahnya bapak tadi udah bantuin saya. Dan saya kan belum bayar taxi bapak kok keburu pulang.” Rudi baru sadar, karena bahagianya sampai lupa ongkos pemakaian taxi.

‘’Berapa pak biaya taxi saya sudah ajak bapak putar-putar.’’Tanya bu Santy.

 “ 70 ribu bu Santi.” Jawab Rudi dengan malu karena lupa

“Baik pak ini onkosnya, dan sisanya untuk keluarga dirumah.” Bu Santy menyerahkan amplop coklat kecil untuknya. Rudipun menerima dalam pikarannya hanya satu kebahagiaan ingin ketemu keluarganya dan menyampaikan kabar gembira. Telah mendapatkan pekerjaa yang tetap. Rudipun pamit dengan berkali-kali mengucapkan terima kasih. Segera mobil taxi Rudi keluar dari halaman. Ia langsung meluncur pulang. Dalam pikirannya hanya satu membawa ayam goreng yang diingikan anaknya. Di perjalanan Rudi mengucakan syukur tak putus putus hingga sampi didepan rumah. Rumah itu sepi, mungkin anaknya sedang tidur.

”Assalamualaikum’’

‘’Waalaikum salam” salam Rudi terjawab dari dalam rumah. Sesampai di dalam rudi memeluk istri tercintanya sambil berlinang air mata, buk bapak dapat rezeki nasi lauk ayam goreng yang anak-anak inginkan. Alhamdulillah…. Tergambar kenahagiaan wajah wajah darikedua anaknya. “Keman mereka bu? Tanya rudi pada istrinya.

“Anak-anak sedang tidur pak sebenarnya ini sudak waktunya bangun untuk makan. Jelas Rani pada suaminya.

“Yah uda bangunkan bu bilang bapak bawa ayam goreng.  Ranipun bergegas menghapiri anaknya seraya berbisik ditelinga kedua buah hatinya.

“ Haaa…. Bapak…. hore ayam goreng” teriak sikecil sambil menhambur menuju bapaknya disusul dengan mimin dibelakangnya. Merekapun berkumpul diruang tamu. Rudi membuka kresek yang dibawahnya.

‘’Ya. Alloh banyak sekali 5 kotak.“ Rani seolah tak percaya makanan ada didepannya begitu banyak.

‘’Ya bu Alhamdulillah ini tadi Alloh memberikan rizki yang berlimpah pada kita. “ Ayo anak-anak cuci tangan dulu baru makan.“ mereka pun berhamburan masuk untuk mencuci tangan. Dalam waktu singkat mereka sudah kembali didepan kotak masing-masing.

”Wow ayam goreng, ucap didin dengan mata yang berbinar. Merekapun makan dengan lahapnya. Selesai makan Rudi menceritakan pengalamannya yang seolah mimpi hari ini. Rani mendengarkan dengan bahagia.

“Oh Iya tadi bu Santy bayar taxinya dalam amplop kata beliau sisanya untuk kita. Mungkin yang 30 ribu untuk kita karena biaya taxi 70 bu. Alhamduliialh bisa beliberas besok bu.” Rudipun mengeluarkan amplop dari tas pingganya. Ia baru sadar bahwa amplop itu tebal. Tadi gak sempat mikir macam-macam karna hanya satu yang ia inginkan segera mengantar ayam goreng ke buah hatinya.

‘’Ya Alloh bu kok amplopnya tebal ya,” mereka saling bertatapan .

“Ya dibuka saja pak.” Pinta sang istri. Rudipun membuka dengan rasa penasaran yang memuncak. Amploppun terbuka, ada beberapa lembar uang dengan warna merah.  Sambil takpercaya ia keluarkan semua dan menghitungnya.

“ Bu ada 10 lebar giman ini bu mungkin bu Santy salah ambil.’’

‘’Ya harus kita mebalikan pak , itu bukan hak kita. Kalau memberipun tidak mungkin sebanyak itu, katanya sisa hanya 30 ribu. Dengan santun Rina mengingatkan suaminya.

“Ya uda tak telpon bu Santy aku tadi sudah diberi nomernya.’’ Rudipun segera menelpon bu Santy, sekitar 10 detik nomerpun sambung.

”Assalamualaiku bu Santy saya pak Rudi, ini bu saya mau menyampaikan ibu mungkin salah memasukkan uangnya. Taxinya hanya 70 ribu sisa buat saya kan, api isinya 1 juta bu. Maaf sekali saya tadi gak sempat lihat, sekarang saya antar ya bu uangnya?.” Rudi menyimak penjelasan dari bu Santy.

“Masyaalloh terima kasih bu Santy semoga Alloh menggantinya dengan berlipat ganda. Wassalamualaikum.” Rudi menutup ponselnya yang masih dalam keadaan bengong.

“Ada apa pak?” Tanya Rina dengan khawatir.

“Bu…bu.. kun fayakun bu, Kun fayakun.”

“Looo …apa pak kok pakai kun fayakun? “Rani semakin bingung dengan tingkah suaminya yang semakin mengkhawatirkan.

“Jika Alloh sudah berkehendak maka semua yang mustahil bisa saja terjadi. Hari ini bapak mengalaminya sendiri Alloh memberikan yang tak pernah bapak sangka-sangka. Ternyata uang itu untuk kita bu dan bapak tiga hari lagi bekerja disana sebagai supir pribadi bu Santy.”

“Allohhu Akbar.” Seketika Rani dan Rudi pun bersujud syukur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap bu. buah dari kesabaran

02 Jun
Balas

Ingge Alloh benar2 menunjuk kehebatan dr do'a istri dan anak2nya

03 Jun

Mantap bu

02 Jun
Balas

Makasih edisi belajar Bu. Makasih mau komentar di blog saya

02 Jun



search

New Post